Assalamu’alaikum wr. wb. Pak ustadz, saya menikah sudah 5 th dan di karuniai 2 anak, ketika istri sedang masa menyusui pernah kami melakukan hubungan suami istri dan ketika sedang berhubungan itu tanpa sengaja asi istri tertelan oleh saya. Dikarenakan kurang pahamnya saya tentang hal tersebut maka kejadian itu saya anggap hal yang biasa. Tetapi kemarin, saya mendengar ceramah yang menyebutkan bahwa asi istri adalah haram. PertanyaannyaJawaban:
1. Benarkah asi istri kita haram hukumnya?
2. Bagaimana dengan status pernikahan kami setelah kejadian tersebut karena kami belum tahu hukum tentang asi?
3 Bagaiman solusi atas kejadian tersebut?
Terima kasih untuk jawaban ustadz, wasalam.
KH. Abdurrahman Navis Lc, MHI
(Direktur Aswaja Center Jawa Timur)
Walaikumussalam warahmatullahi wabarkatuh
Bapak sail yang saya hormati. Syarat-syarat menyusu yang menjadikan mahram ada 5:
a. Usia anak yang menyusu tidak lebih dari 2 tahun Hijriyah. Hal ini didasarkan Q.S. Al-Baqarah ayat 233:
{وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ} [البقرة: 233]
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan (Al-Baqoroh; 233)
Juga dalam hadits yang diriwayatkan Imam Daruqutni dari Sahabat Ibn Abbas Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada hukum persusuan kecuali dalam usia kurang dari dua tahun”
Begitu juga pendapat para ahli fiqh:
فَإِنَّ مِنْ شَرْطِ تَحْرِيمِ الرَّضَاعِ أَنْ يَكُونَ فِي الْحَوْلَيْنِ وَهَذَا قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ
“Diantara syarat pengharaman persusuan adalah di masa dua tahun. Ini adalah pendapat mayoritas ahli ilmu (Al-Mughni, vol 18, hlm 82)
b. Air susu berasal dari perempuan yang sudah berumur 9 tahun Hijriyah.
c. Keluarnya susu pada waktu masih hidup.
d. Susu yang diminum sampai ke perut besar atau otak si anak.
e. Masuknya air susu di waktu si anak dalam keadaan hidup dan tidak kurang dari lima kali susuan.
Bapak Sail, baiklah pengasuh jawab pertanyaan anda:
1. Menurut mayoritas ulama (menyatakan) dibolehkan bagi suami untuk menghisap puting istrinya. Bahkan hal ini dianjurkan, jika dalam rangka memenuhi kebutuhan biologis sang istri. Sebagaimana pihak lelaki juga menginginkan agar istrinya memenuhi kebutuhan biologis dirinya.
Adapun suami minum air susu istri, para ulama membolehkan jika membutuhkan, semacam untuk berobat. Akan tetapi, jika tidak ada kebutuhan, ulama di kalangan madzhab Hanafi berselisih pendapat. Ada yang mengatakan boleh dan ada yang me-makruh-kan. Dalam Al-Fatawa al-Hindiyah (5/356) disebutkan, “Tentang hukum minum susu wanita, untuk laki-laki yang sudah baligh tanpa ada kebutuhan mendesak, termasuk perkara yang diperselisihkan ulama belakangan.”
Tetapi dalam kitab Fathul Qadir (3/446) disebutkan pertanyaan dan jawaban, “Bolehkah menyusu setelah dewasa? Ada yang mengatakan tidak boleh. Karena susu termasuk bagian dari tubuh manusia, sehingga tidak boleh dimanfaatkan, kecuali jika terdapat kebutuhan yang mendesak.”
2. Bila seorang lelaki dewasa yang minum air susu istrinya hal ini tidak berpengaruh terhadap hukum mahram, dalam arti istrinya tidak menjadi ibu susuan karena suaminya sudah lebih dari 2 tahun. karena orang yang sudah dewasa (diatas usia 2 tahun) saat menyusu tidak menjadikan senasab dengan yang disusui. hal ni berdasarkan penjelasan firman Allah SWT:
أما إن كان كبيرا زائدا على الحولين ورضع فإن رضاعه لا يعتبر وذلك لقوله تعالى : { والوالدات يرضعن أولادهن حولين كاملين }
"Adapun Jika lelaki yang meneyusu itu sudah dewasa dan lebih dari 2 tahun, maka walaupun menyusu dan minum air susunya tidak menjadikan sesusuan" (alFiqh ‘ala Madzaahi al-Arba’ah IV/126 )
Ibnu Mas’ud juga berfatwa demikian. Malik meriwayatkan;
موطأ مالك (4/ 0)
عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ أَبَا مُوسَى الْأَشْعَرِيَّ فَقَالَ إِنِّي مَصِصْتُ عَنْ امْرَأَتِي مِنْ ثَدْيِهَا لَبَنًا فَذَهَبَ فِي بَطْنِي فَقَالَ أَبُو مُوسَى لَا أُرَاهَا إِلَّا قَدْ حَرُمَتْ عَلَيْكَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ انْظُرْ مَاذَا تُفْتِي بِهِ الرَّجُلَ فَقَالَ أَبُو مُوسَى فَمَاذَا تَقُولُ أَنْتَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ لَا رَضَاعَةَ إِلَّا مَا كَانَ فِي الْحَوْلَيْنِ فَقَالَ أَبُو مُوسَى لَا تَسْأَلُونِي عَنْ شَيْءٍ مَا كَانَ هَذَا الْحَبْرُ بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ
dari Yahya bin Sa’id berkata, “Seorang lelaki bertanya kepada Abu Musa Al Asy’ari; “Saya pernah menetek pada payudara isteriku hingga air susunya masuk ke dalam perutku?” Abu Musa menjawab; “Menurutku isterimu setatusnya telah berubah menjadi mahram kamu.” Abdullah bin Mas’ud pun berkata; “Lihatlah apa yang telah kamu fatwakan kepada lelaki ini! ” Abu Musa bertanya; “Bagaimana pendapatmu dalam hal ini?” Abdullah bin Mas’ud berkata; “Tidak berlaku hukum penyusuan kecuali bila masih pada masa dua tahun.” Kemudian Abu Musa berkata; “Janganlah kalian menanyakan suatu perkara kepadaku selama orang alim ini (Ibnu Mas’ud) masih berada di tengah-tengah kalian.”
3. jadi bapak tetap menjadi suami isteri yang sah dan tidak menjadi anak sesuaan juga nikahnya tidak batal. solusinya ? ya teruskan rumah tangga bapak denga penuh tanggung jawab dan didiklah isteri dan anaknya serta perbanyaklah bapak belajar agama dan mengamalkannya agar bahagia duniawi dan ukhrawi.
wallahu a'lam bisshawab
Comments
Post a Comment