9 Fakta Penting Seputar ASI
Hambatan muncul karena masih banyak
fakta lain seputar ASI yang belum dipahami atau justru malah dilupakan.
Berikut penjabaran Ketua Sentra Laktasi Indonesia, dr. Utami Roesli, SpA, MBA.
1. Semua ibu bisa menyusui
Penelitian seorang dokter dari Swedia membuktikan bahwa begitu lahir,
bayi yang ditaruh di perut ibunya dalam 50 menit akan bergerak ke arah
payudara lalu mengisap puting susu dengan benar. Sebaliknya, dari
kelompok bayi yang segera dimandikan setelah dilahirkan, baru kemudian
dikembalikan kepada ibunya ternyata 50 %-nya tidak bisa mengisap dengan
benar walaupun sudah didekatkan ke payudara. Lebih menyedihkan lagi,
kelompok bayi yang dimandikan dulu dan ibunya menjalani medicated labour (proses melahirkan yang disertai obat-obatan) tak satu pun dapat menyusu dengan benar.
Jadi tanpa disadari dunia medis pun sebenarnya sudah melakukan
intervensi sejak dini terhadap hubungan bayi dengan ASI. Buktinya,
hampir semua rumah sakit dan klinik tempat bersalin akan memandikan bayi
begitu dilahirkan, sebelum diberikan kepada ibunya. Jamak saja bila ibu
yang baru pertama kali hendak menyusui akan bingung menghadapi bayinya
yang juga bingung. Jika pengetahuan ibu tentang ASI tidak mendalam, maka
ia akan cepat sekali menyerah, bahkan berkesimpulan tidak dapat memberi
ASI.
2. ASI terhambat oleh stres
Nah, kalaupun ASI sampai tidak keluar
umumnya hambatan yang terjadi berkaitan dengan faktor emosional ibu.
Perlu diketahui, untuk bisa mengalirkan ASI, ibu membutuhkan refleks
yang disebut let down reflex. Refleks ini sangat dipengaruhi
kondisi emosi ibu. Walaupun produksi susunya bagus, tapi kalau refleks
itu tak bisa dilepaskan, maka susu tidak akan dialirkan dari pabrik susu
(Alveoli) ke gudang susu (Sinus Lacteferous). Agar kondisi emosi ini baik, ibu yang hendak menyusui harus tenang dan selalu berpikir positif.
3. ASI Umumnya tidak akan kurang
ASI tidak mungkin kurang karena produksi ASI sebenarnya disesuaikan dengan permintaan bayi (demand and supply).
Rangsangan produksi ASI adalah pengosongan gudang susu. Di bawah areola
ibu terdapat 2 buah jaringan, yang satu “pabrik” susu dan yang kedua
sebut saja sebagai “gudang” susu. “Pabrik” akan terangsang untuk
memproduksi susu kalau susu di “gudang” sudah habis.” Misalnya, bayi
menghabiskan 50 cc susu di “gudang”, maka “pabrik” akan memproduksi lagi
50 cc. Begitu seterusnya.
Kalau sampai bayi kekurangan ASI biang keladinya tak lain cara
menyusu yang salah. Jadi, jika bayi harusnya memperoleh ASI sebanyak 100
cc, tapi karena cara menyusunya salah, maka yang didapat cuma 50 cc.
Akibatnya “pabrik” pun cuma memasok 50 cc. Faktor lain yang membuat bayi
kekurangan ASI adalah intervensi ibu dengan memberinya susu formula.
4. Puting susu yang datar tetap bisa menyusui
Seringkali, puting susu yang datar/mendelep dianggap
menghambat proses menyusui. Pendapat ini timbul karena banyak ibu
menyamakan puting susunya dengan dot, lalu digunakanlah pemanjang
puting.
Namun, menurut Utami, pemanjang puting tidak akan banyak berguna.
Dalam proses menyusui, sebenarnya yang menjadi dot bukan hanya puting
susu, tapi keseluruhan areola (bagian kecokelatan pada payudara). Puting
susu sendiri hanya 1/3-nya. Jadi kalaupun puting susunya datar atau mendelep
ia masih bisa menyusui karena masih ada 2/3 bagian lainnya. Lagi pula,
setelah diisap bayi, puting susu yang datar biasanya akan menonjol
keluar. Memang, ada puting yang benar-benar masuk dan terikat jaringan
di dalamnya sehingga lubang susunya terbalik. Puting susu seperti ini
jelas sulit diisap. Namun persentasenya hanya sekitar 1-2%.
5. Payudara merupakan sumber makanan yang tidak henti-hentinya.
Jika payudara “dikelola” dengan benar, maka produksinya tidak akan
berhenti. Cara pengelolaannya tak terlalu sulit, yaitu dengan selalu
mengeluarkan ASI walau tidak diisap bayi. Jadi, bila karena suatu hal
bayi tidak dapat menyusu, misalnya lahir prematur, sakit atau ibu
bekerja, ASI harus dikeluarkan dengan cara dipompa atau diperah. Proses
ini tidak akan membuat ASI habis, kecuali bila cara memompanya salah.
Salah pompa sama kasusnya dengan posisi menyusui yang salah.
Akibatnya ASI sama-sama tidak keluar atau hanya keluar sedikit. Jangan
lupa, produksi ASI berlangsung dengan mekanisme demand and supply atau ada permintaan maka ada pasokan. Kalau ASI hanya dikeluarkan 10 cc karena cara pompa yang salah, maka supply-nya pun tak beranjak dari jumlah itu. Inilah yang membuat banyak ibu menyangka ASI-nya habis akibat dipompa.
6. Tak perlu selalu memberi 2 sisi payudara setiap menyusui
Memang tak ada salahnya untuk menawarkan sisi payudara yang belum
diisap kepada bayi, dengan catatan jika ia menolak tak perlu dipaksa.
Prinsipnya, biarkan bayi yang menentukan berapa lama ia menyusu.
Kekhawatiran bahwa menyusu yang cuma sebentar tidak akan memenuhi
kebutuhannya ternyata tidak beralasan.
Dalam menyusui, pada isapan pertama bayi akan mendapat foremilk. Pada isapan kedua, ia akan mendapatkan susu yang disebut hindmilk. Komposisi keduanya sangat berbeda. Foremilk lebih banyak mengandung air dan protein, sedangkan hindmilk banyak mengandung lemak dan karbohidrat yang berarti lebih kental.
Memang, pada isapan pertama, bayi lebih banyak mendapat susu yang
banyak mengandung air. Namun, kalau ia hanya sebentar saja menyusu, tak
perlu kita khawatir bahwa kebutuhannya tak terpenuhi. Bisa saja, kan,
bayi hanya haus dan tidak lapar? Bukankah yang tahu lapar atau haus
hanya ia sendiri? Jadi biarkan bayi yang memutuskan berapa lama ia
menyusu. Jika haus ia akan menyedot sebentar, tapi kalau memang lapar ia
akan menyusu sampai mendapatkan hindmilk.
7. Pompa bisa bikin ASI terkontaminasi
Pompa berbentuk squeeze and bulb yang terbuat dari karet dan
berbentuk bola tidak disarankan untuk digunakan karena mempunyai
beberapa kekurangan: (1) Kurang steril karena bulb-nya sulit dibersihkan. Dengan demikian, ASI yang dipompa pun akan lebih mudah tercemar. (2) Bulb
yang terbuat dari karet akan menyulitkan pengukuran tekanan negatif
yang diperlukan. (3) Bentuknya yang kaku dapat membuat payudara lecet.
Malahan, cara menekan payudara yang tidak benar bisa merusak
jaringannya, sehingga ASI tidak banyak keluar.
Pompa piston (dengan tuas piston yang dapat ditarik dan berbentuk
seperti suntikan) ataupun pompa elektrik lebih disarankan. Namun, yang
paling baik, karena murah dan higienis, adalah memerah dengan jari. Cara
ini lebih praktis karena ibu tidak perlu membawa pompa ASI kemana-mana.
8. ASI perah bisa tahan sampai 3 bulan
ASI yang sudah diperah tidak mudah basi. Di udara terbuka saja ASI
perah bisa tahan 6-8 jam. Bahkan bisa bertahan sampai 3 bulan jika
disimpan dalam freezer. Namun, cara penyimpanan di freezer
tidak terlalu disarankan karena ASI akan mengalami perubahan jumlah
imunoglobulin. Suhu yang dingin akan merusak molekul protein yang
berfungsi sebagai pembangun daya tahan tubuh itu.
Lebih baik, masukkan ASI ke dalam termos atau lemari pendingin biasa
karena terbukti ASI perah tidak mengalami perubahan komposisi gizi sama
sekali. Hanya mungkin warna dan bentuknya saja yang berubah. ASI dalam
termos yang diberi es batu kira-kira tahan 1×24 jam, sedangkan di lemari
es bisa tahan 2×24 jam.
9. ASI yang sudah “habis” bisa dirangsang kembali
Teknik ini disebut relaktasi. Seorang ibu yang sudah berhenti
menyusui, secara teoritis bisa memberikan ASI eksklusif lagi apabila
payudaranya dirangsang kembali. Caranya adalah dengan mengonsumsi
obat-obatan yang mengandung oksitosin untuk merangsang produksi ASI plus
penggunaan alat bantu.
Alat bantu ini bisa berupa lactation aid yang terdiri atas
botol plastik yang diisi ASI donor atau susu formula. Botol plastik
tersebut akan ditaruh dengan mulut terbalik. Dari ujung tutup botol
dialiri 2 buah selang kecil yang ditempelkan di kedua puting susu.
Sehingga ketika bayi mengisap payudara, ia akan mendapat asupan susu
dari botol. Isapan yang diterima payudara sambil si bayi menyusu dari
slang akan merangsang produksi ASI.
Faras Handayani.
sumber: http://ummukautsar.wordpress.com/2010/04/12/semua-ibu-bisa-menyusui/
Comments
Post a Comment